Sejarah Nabi Nuh (Noah)

Nama Nuh berasal dari Ibrani נֹחַ, נוֹחַ (Nōăḥ), yang berarti "Hinggap", "menentramkan", "berhenti", atau "istirahat" (2 Raja-raja 2:15; Ratapan 5:5; Ulangan 5:14). Arti nama Nuh berdasarkan asal kata tersebut adalah "sabat", "istirahat", dan "penghiburan".[2]
Alkitab menyebutkan bahwa bahtera Nuh berlabuh di Pegunungan Ararat,[79] sedangkan Al-Qur'an menyebutkan di Al-Judi.[80] Nama Ararat sendiri sebenarnya merupakan versi Yunani[81] dari pelafalan Ibrani (אֲרָרָט;[82] RRṬ) dari nama Urartu,[83] kerajaan yang berpusat di Danau Van yang berdiri pada 860 SM–590 SM. Asal-usul nama Judi sendiri kurang jelas, tetapi ditafsirkan sebagai versi rusak dari nama yang sama, Al-Gurdi.
Tradisi Kristen Timur dan bangsa Syria awal di timur Tigris memiliki legenda bahwa bahtera Nuh berlabuh di Gunung Judi di Tanah Kard.[84] Bangsa Armenia sampai abad ke-11 juga mengaitkan bahtera tersebut dengan Judi.[85] Tradisi Yahudi Babilonia, Syria, dan Muslim mengidentifikasikan Gunung Qardu (Gordyae dalam bahasa Yunani) sebagai Judi. Gunung tersebut terletak di pinggir Kota Jazirah Ibnu Umar (Kota Cizre modern) di kawasan Al-Jazirah/Mesopotamia Hulu[86]dan berada di sebelah selatan Danau Van (koordinat 37°22′10″N 42°20′39″E / 37.36944°N 42.34417°E). Al-Qur'an sendiri menyatakan bahwa bahtera Nuh berlabuh di Al-Judi, tanpa kata "gunung".
Mulai Abad Pertengahan, Gunung Masis yang berada di sebelah timur laut Danau Van (koordinat 39°42.113′N 44°17.899′E / 39.701883°N 44.298317°E) dipandang sebagai tempat berlabuhnya bahtera Nuh dan gunung tersebut kemudian dinamakan dengan Gunung Ararat. Sekarang nama Masis dan Ararat digunakan secara bersamaan oleh bangsa Armenia.[87]Gunung Masis dianggap merupakan tempat berlabuhnya bahtera Nuh lantaran merupakan gunung tertinggi di kawasan tersebut sehingga dianggap sebagai tempat yang pertama kali terlihat saat banjir mulai surut.[88]
Meski demikian, sejarawan dan sarjana Alkitab percaya bahwa Ararat merujuk pada wilayah yang lebih besar, tidak hanya terbatas pada Gunung Ararat/Masis. Richard James Fischer menyatakan bahwa Kitab Kejadian menggunakan kata jamak "pegunungan" dan tidak merujuk gunung tertentu.[89] Mereka yang mengkritisi pandangan bahwa Gunung Masis adalah Ararat menyatakan bahwa Ararat sendiri adalah nama negara saat Kitab Kejadian ditulis. Dalam komentar Kejadian 2008, Arnold menuliskan bahwa lokasi Pegunungan Ararat tidak merujuk pada satu gunung khusus yang memiliki nama Ararat, melainkan wilayah pegunungan di Tanah Ararat.[83] Bila merujuk pada pendapat terakhir, maka Gunung Qardu di dekat Cizre modern yang dipandang sebagai Gunung Judi juga dapat dimasukkan ke dalam kawasan Pegunungan Ararat.
Riwayat Kedudukan
Yahudi
Kebajikan Nuh telah menjadi perbincangan di antara para rabi.[57] Keterangan mengenai Nuh "seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya" menjelaskan bahwa kebaikannya bersifat relatif: dia dikatakan sebagai orang yang benar bila dibandingkan dengan generasinya yang jahat, tapi tidak demikian jika dibandingkan dengan generasi tzadik semacam Abraham (Ibrahim dalam Islam). Mereka menyatakan bahwa Nuh tidak berdoa untuk keselamatan mereka yang hendak ditenggelamkan sebagaimana Abraham yang berusaha berdoa untuk keselamatan Sodom dan Gomorah. Nuh juga tampak tidak pernah bicara dan hanya sekadar mendengar dan melaksanakan perintah Tuhan. Ini menjadikan sebagian penafsir Kitab Kejadian menyatakan bahwa Nuh hanya mementingkan kenyamanannya sendiri dan mengabaikan tetangganya.[58] Sebagai catatan, Kitab Kejadian memang tidak mencantumkan upaya Nuh untuk menyadarkan kaumnya sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur'an, dan lebih memusatkan pada peristiwa banjir tersebut. Di sisi lain, Rabi Shlomo Yitzchaki mengatakan bahwa pembangunan bahtera tersebut berjalan selama 120 tahun, dengan sengaja memberi waktu orang-orang berdosa untuk bertobat.[59]
Menurut Jewish Encyclopedia, "Kitab Kejadian berisi dua kisah tentang Nuh." Pada yang pertama, Nuh adalah pahlawan air bah, dan yang kedua, dia adalah ayah dari umat manusia dan seorang petani yang menanam kebun anggur pertama. Perbedaan karakter antara kedua kisah ini telah menyebabkan beberapa penafsir bersikeras bahwa pelaku dari cerita yang terakhir tidak sama dengan pelaku dari cerita yang pertama. Mungkin nama asli pahlawan banjir itu sebenarnya Henokh.[60]
Kristen
Nuh disebut sebagai "pemberita kebenaran".[61] Pada Injil Matius dan Injil Lukas, Yesus membandingkan banjir Nuh dengan Pengadilan Terakhir.[62][63] Bahtera Nuh juga disamakan dengan gerejakeselamatanhanya ditemukan dalam Kristus sebagaimana pada masa Nuh hanya dapat didapatkan dengan menaiki bahtera.[64][65]
Islam
Nuh dipandang sebagai salah satu nabi dalam Islam. Dalam daftar 25 nabi, Nuh biasanya ditempatkan di urutan ketiga setelah Adam dan Idris. Dalam sebuah riwayat hadits juga diterangkan bahwa Nuh adalah rasul pertama.[66]
Sebagai seorang rasul, Nuh menyampaikan dan mengajak kaumnya agar kembali ke jalan Allah. Seruan Nuh ini sangat ditonjolkan dalam Al-Qur'an di berbagai surah, berbanding terbalik dengan Tanakh dan Alkitab yang tidak membahasnya sama sekali. Nuh juga termasuk satu dari lima rasul Ulul Azmi, yakni rasul pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah melebihkannya atas segala umat[67] dan dinyatakan sebagai hamba Allah yang banyak bersyukur.[68]
Ditulis ulang oleh : Anang Y

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Semar

Syekh Siti Jenar